Jenis Pembelajaran berdasarkan
Pendekatan
1.
Pendekatan Konsep
Pendekatan
konsep merupakan pendekatan yang mementingkan hasil daripada proses perolehan
hasil. Untuk itu pendekatan ini terkesan hanya merupakan pemberian informasi,
sehingga hasilnya kurang bermakna dan bertahan lama. Bagaimanapun pendekatan
ini masih pula dibutuhkan dalam pembelajaran, karena tidak mungkin semua pokok
bahasan dapat digunakan pendekatan keterampilan proses. Hal ini disebabkan
karena jenis bahan atau mungkin waktu yang tidak memungkinkan dengan
menggunakan pendekatan keterampilan proses semua. Hanya saja perlu digali
bagaimana penerapan pendekatan konsep ini dapat digunakan semaksimal mungkin di
dalam pembelajaran.
2.
Pendekatan Keterampilan Proses
Pendekatan
keterampilan proses merupakan pendekatan yang mengembangkan keterampilan
memproseskan pemerolehan, sehingga siswa mampu menemukan dan mengembangkan
secara bebas dan kreatif fakta dan konsep serta mengaitkannya dengan sikap dan
nilai yang diperlukan. Hal ini dapat dilakukan karena pendekatan keterampilan
proses dilakukan sebagaimana layaknya ilmuwan menemukan pengetahuan
(menggunakan langkah-langkah metode ilmiah), sehingga kevalidannya dapat
diandalkan. Keterampilan proses ini tidak saja mementingkan hasil, tetapi juga
memperhatikan proses mendapatkan hasil. Dengan melaksanakan pendekatan
ketarmpila proses berarti siswa terlibat seccara aktif dalam kegiatan
pengamatan, dan menemukan sendiri konsep dan prinsip, sehingga materi belajar
mudah dikuasai oleh siswa. Dengan mengetahui proses diharapkan dapat merangsang
daya cipta untuk menemukan sesuatu, dan pada akhirnya dapat membentuk manusia
yang berkualitas, yaitu manusia yang kreatif, mampu memecahkan
persoalan-persoalan aktual dalam kehidupan, dan mampu mengambil keputusan yang
menjangkau masa depan. Perkembangan selanjutnya pendekatan keterampilan proses
yang perlu di terapkan terutama dalam pembelajaran IPA adalah pendekatan Sains
Teknologi Masyarakat (STM). Berikut akan dibicarakan pendekatan STM.
3.
Pendekatan Expository
Pada
pendekatan expository guru cenderung memberikan informasi yang berupa teori,
generalisasi, hukum atau dalil beserta bukti-bukti yang mendukung. Sedangkan
siswa hanya menerima saja informasi yang diberikan oleh guru. Pengajaran telah
diolah oleh guru, sehingga siap disampaikan kepada siswa, dan siswa diharapkan
belajar dari informasi yang diterimanya itu.
4.
Pendekatan Discovery
Discovery
atau penemuan adalah proses mental yang dicirikan dengan siswa dapat
mengasimilasikan suatu konsep atau prinsip. Proses mental itu misalnya
mengamati, menjelaskan, mengelompokkan, membuat kesimpulan, dan sebaginya. Inqury
atau penyelidikan mengandung proses mental yang lebih tinggi, misalnya
merumuskan problem, merancang eksperimen, melaksanakan eksperimen, mengumpulkan
data, menganalisis data, membuat kesimpulan, dan lain sebagainya. Dari sini
dapat dilihat bahwa inquiry ini selaras dengan teori belajar yang ditemukan
oleh Brunner. Menurut Brunner discovery learning adalah merupakan belajar
dengan menemukan sendiri menggunakan prinsip belajar induktif, yaitu dari
khusus ke yang umum. Sumber munculnya discovery learning ini adalah teori
belajar Piaget, yaitu anak harus berperan secara aktif di dalam kelas.
5.
Pendekatan Humanistik
Suatu
pendekatan yang berpusat pada siswa (Student centered). Pendekatan ini
mengutamakan perkembangan afektif siswa sebagai prasyarat dan sebagai bagian
integral dari proses belajar. Hal ini dapat terlaksana apabila kesejahteraan
mental dan emosional siswa dipandang sebagai sentral pendidikan. Prioritasnya
adalah pengalaman belajar yang diarahkan terhadap tanggapan minat, kebutuhan,
dan kemampuan siswa.
6.
Pendekatan Rekonstruksionalisme
Suatu
pendekatan yang menfokuskan pada masalah-masalah pendting yang dihadapi
masyarakat. Untuk itu pendekatan ini juga disebut pendekatan rekonstruksi
sosisal. Pendekatan ini dibagi menjadi dua, yaitu:
a. Rekonstruksionalisme
Konservatif
Pendekatan ini
ditujukan kepada peningkatan mutu kehidupan individu maupun masyarakat dengan
mencari penyelesaian masalah-masalah yang paling mendesak yang dihadapi
masyarakat.
b. Rekonstruksionalisme
Radikal
Pendekatan ini
mempunyai tujuan untuk menrombak tata sosial yang ada dan membangun struktur
sosial baru.
7. Pendekatan Induktif
Pendekatan
ini dikembangkan oleh filosof Perancis Bacon yang menghendaki penarikan
kesimpulan didasarkan atas fakta-fakta yang kongkrit sebanyak mungkin. Semakin
banyak fakta semakin mendukung hasil simpulan. Langkah-langkah yang harus Anda
tempuh dalam model pembelajaran dengan pendekatan induktif yaitu: (1)
guru memilih konsep, prinsip, aturan yang akan disajikan dengan pendekatan
induktif (2) guru menyajikan contoh-contoh khusus, prinsip, atau aturan yang
memungkinkan siswa memperkirakan sifat umum yang terkandung dalam contoh, (3)
guru menyajikan bukti yang berupa contoh tambahan untuk menunjang atau
mengangkat perkiraan, (4) menyimpulkan, memberi penegasan dari beberapa contoh
kemudian disimpulkan dari contoh tersebut serta tindak lanjut.
8. Pendekatan Dekduktif
Pendekatan
deduktif merupakan pendekatan yang mengutamakan penalaran dari umum ke khusus.
Langkah-langkah yang dapat Anda tempuh dalam model pembelajaran dengan
pendekatan deduktif dijelaskan sebagai berikut (1) guru memilih konsep,
prinsip, Inisiasi Pendidikan Kewarganegaraan 1 aturan yang akan disajikan, (2)
guru menyajikan aturan, prinsip yang berifat umum, lengkap dengan definisi dan
contoh-contohnya, (3) guru menyajikan contoh-contoh khusus agar siswa dapat
menyusun hubungan antara keadaan khusus dengan aturan prinsip umum yang
didukung oleh media yang cocok, (4) guru menyajikan bukti-bukti untuk menunjang
atau menolak kesimpulan bahwa keadaan umum itu merupakan gambaran dari keadaan
khusus,
Sementara
itu, pembelajaran kimia di SMA/MA bertujuan agar peserta didik memiliki
kemampuan sebagai berikut (Permendiknas No.20 Tahun 2006):
a.
Membentuk
sikap positif terhadap kimia dengan menyadari keteraturan dan keindahan alam
serta menggabungkan dengan kebesaran Tuhan yang Maha Esa;
b.
Mengembangkan
sikap ilmiah yaitu jujur, objektif, terbuka, ulet, kritis, dan dapat bekerja
sama dengan orang lain;
c.
Memperoleh
pengalaman dalam menerapkan metode ilmiah melalui percobaan atau eksperimen,
dimana peserta didik melakukan pengujian hipotesis dengan merancang percobaan
dan penafsiran data, serta menyampaikan hasil percobaan secara lisan dan
tertulis;
d.
Meningkatkan
kesadaran tentang terapan ilmu kimia yang dapat bermanfaat juga merugikan bagi
individu, masyarakat, dan lingkungan, serta menyadari pentingnya mengelola dan
melestarikan lingkungan demi kesejahteraan masyarakat.
e.
Memahami
konsep, prinsip, hukum, dan teori ilmu kimia serta saling ketertarikannya dan
penerapannya untuk menjelaskan masalah dalam kehidupan sehari-hari dan
teknologi.
Ratna
Wilis Dahar (1996: 108) menyatakan bahwa dalam belajar kimia, teori belajar
yang sesuai untuk pembelajaran kimia adlah teori belajar penemuan (Bruner) dan
teori belajar bermakna (Ausubel). Oleh karena itu, dalam melaksanakan
pembelajaran kimia harus direncanakan desain sistem pembelajaran yang sesuai
dengan karakteristik pembelajaran ilmu kimia yang cara memperolehnya berasal
dari suatu proses dan melalui suatu metode ilmiah.
No comments:
Post a Comment